Apabila anda merasa mengantuk
berlebihan, yang datang berulang, apalagi jika disertai halusinasi, maka bisa
jadi anda terkena gejala “narcolepsy”. Masih banyak orang di Indonesia
yang mengabaikan anggota keluarganya, jika mengalami kondisi seperti ini. Narcolepsy
memang tidak mematikan, tapi bisa mengurangi kualitas hidup.
Apa yang
dimaksud dengan narcolepsy?
Narcolepsy
is a neurological condition most characteristized by Excessive Daytime
Sleepiness (EDS). A narcoleptic will most likely experience disturbed nocturnal
sleep, which is often confused with insomnia, and disorder of REM or rapid eye
movement sleep. It is one of the dyssomnias. A narcoleptic may also sleep at
any random time.
“Satu dari 2000 orang Indonesia
menderita narkolepsi dan sebagian besar diantaranya disebabkan oleh keturunan”,
kata Effy Afifah, S. Kep. M.Kes yang dikutip oleh Gloria Daniela Pasaribu, dari
majalah Suara Mahasiswa UI. Kecilnya angka tersebut disebabkan oleh banyak
masyarakat yang tidak sadar bahwa gangguan tidur yang mereka alami adalah
narkolepsi.
Bagaimana
gejalanya?
Karakteristik dari narkolepsi adalah
mengantuk berlebihan, walaupun telah tidur cukup pada waktu malam hari.
Seseorang penderita narkolepsi bisa mendadak jatuh tertidur, dimanapun dan
waktu kapanpun.
Dalam bahasa sehari-hari, narkolepsi
dapat dikatakan sebagai serangan tidur yang mendadak, tanpa melihat tempat.
Penderita sulit menahan kantuk, bahkan pada saat sedang melakukan aktifitas.
Oleh karena itu, penderita narkolepsi sering dicap pemalas, dan tukang tidur,
karena selalu mengantuk dan kekurangan tenaga.
Narkolepsi tidak membahayakan
kesehatan penderitanya, namun bisa membahayakna diri sendiri atau orang lain.
Bayangkan, jika saat memasak jatuh tertidur, atau mengantuk saat sedang dalam
kondisi menyetir.
Sayangnya sampai saat ini
obat-obatan yang ada hanya untuk mengurangi gejalanya, dan tidak menyembuhkan.
Bagaimana
jika anda mempunyai keluarga yang menderita narkolepsi?
Dibutuhkan dukungan seluruh keluarga,
juga teman-teman dekat penderita untuk men support nya. Teman dekat bisa
membantu penderita, yang sering jatuh tertidur bukan di tempat yang tepat,
misalnya sedang menunggu kuliah. Jika ini dibiarkan, maka penderita akan
ketinggalan pelajaran, karena sering mereka bermimpi telah mengikuti kuliah,
padahal jatuh tertidur di bangku di luar ruang kuliah. Apabila penderita bisa
datang di tempat kuliah yang tepat, walaupun saat kuliah jatuh tertidur, maka
penderita masih dapat mengikuti pelajaran, walaupun tak seefektif
teman-temannya yang normal. Walau demikian, di saat-saat tertentu, penderita
bisa seperti orang normal, tahan belajar sampai malam mengerjakan tugas.
Keluarga penderita dapat mendukung,
dengan meminta jadual kuliah, jadual tugas serta agenda kegiatan sehari-hari,
sehingga memudahkan untuk monitoring, mengingatkan dan membantu membangunkan
penderita jika sudah waktunya untuk berangkat kuliah. Dukungan pengajar, dosen,
untuk memahami penderita sangat penting, sehingga penderita bisa melakukan aktifitasnya
sebagai mahasiwa secara normal.
Apakah
penderita narkolepsi bisa hidup normal?
Jawabannya adalah “ya”. Disekeliling
saya, pada saat kuliah, dalam lingkungan keluarga, saya mengenal beberapa
penderita narkolepsi. Saat saya masih mahasiswa, istilah ini belum familier.
Saya mempunyai sahabat dekat, yang setiap jam kuliah selalu tertidur. Pada saat
kuliah telah masuk ke tahap penjurusan, jumlah mahasiwa setiap kuliah hanya
berjumlah delapan orang, sehingga kalau tertidur akan terlihat sangat menyolok.
Jadi, pada saat yang mengajar adalah
dosen yang sangat disiplin (atau galak), sahabatku tadi selalu duduk diapit
teman-teman dekatnya…yang berfungsi untuk setiap kali mencubit tangannya jika
dia telah menunjukkan gejala mengantuk. Bisa dibayangkan betapa tangannya
membiru selesai kuliah. Kalau dosennya baik dia sering langsung melorot dari
tempat duduk, dan tidur di bawah bangku kuliah, ditutupi oleh teman yang duduk
di kiri kanannya agar tak terlihat oleh dosen. Dia sangat menderita, dan saat
mengeluh pada ayahnya, ternyata ayahnya juga mengatakan kalau lagi tak sibuk di
kantor sering mengantuk.
Praktis, teman saya tiap hari
meminjam catatan kuliah dari temannya, karena kalau dipaksa menulis, isi
catatan kuliah bisa lucu-lucu. Dimanakah dia sekarang? Setelah menjadi sarjana
dan bekerja, dia menikah…dan saat ini telah mempunyai gelar S2, dan menjadi
pejabat teras di suatu Departemen. Saat ketemu, saya bertanya…”apakah masih
suka mengantuk?” Dia menjawab, bahwa setelah melahirkan anak, mengantuknya
menjadi berkurang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar